Sinergi Riset Poltekkes Kemenkes Yogyakarta-BRIN: Dorong Hilirisasi dan Inovasi Kesehatan Nasional



07 Aug 2025




Kunjungan Strategis BRIN ke Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

 

Pada Selasa, 5 Agustus 2025, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menjadi tuan rumah bagi kunjungan kerja strategis dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Acara penting ini, yang berlangsung mulai pukul 08.00 WIB di Ruang Garuda 2 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, merupakan tindak lanjut konkret dari Nota Kesepahaman (MoU) yang telah terjalin sebelumnya antara kedua institusi. Pembukaan acara dipandu oleh PJ Kerjasama, Rizqi Amanulloh, M.Hkes., yang menggarisbawahi signifikansi kolaborasi ini dalam upaya peningkatan kualitas riset dan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat.1

 

Kunjungan ini menunjukkan tingkat prioritas dan komitmen institusional yang tinggi dari kedua belah pihak. Konsistensi tanggal 5 Agustus 2025 yang tercatat dalam berbagai dokumen operasional seperti notulensi, nota dinas internal, dan skrip MC, menegaskan bahwa pertemuan ini adalah agenda yang terencana dengan cermat dan memiliki bobot formal yang substansial. Ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan langkah formal dalam menjajaki dan memperkuat kerja sama, yang menunjukkan keseriusan pimpinan tertinggi kedua belah pihak dalam mendorong agenda riset dan inovasi kesehatan nasional.

 

Untuk memberikan gambaran komprehensif tentang tingkat partisipasi dan komitmen dari kedua belah pihak, berikut adalah daftar delegasi utama yang hadir dari BRIN dan pimpinan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta:

 

No.

Jabatan

Nama

Institusi

1.

Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi

Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM., M.Kes

BRIN

2.

Tim Riset Pelayanan Kesehatan Daerah

(7 tim peneliti)

BRIN

3.

Mitra Penelitian

(1 perwakilan)

Unesa

4.

Direktur

Dr. Iswanto, S.Pd, M.Kes.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

5.

Wakil Direktur I

Dr. Yuni Kusmiyati, SST., M.P.H

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

6.

Wakil Direktur II

Dr. Agus Wijanarka, S.SIT., M.Kes

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

7.

Wakil Direktur III

Dr. Umi Istianah, S.Kep., Ns, M.Kep., Sp.MB

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

8.

Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Umum

Anita Dwi Juwita Ningrum, Apt

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

9.

PJ Penelitian

Dr. Niken Meilani, S.Si.T., M.Kes

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

10.

Peneliti Senior

Prof. Dr. Tri Siswati, SKM, M.Kes.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

11.

Ketua Jurusan Gizi

Nur Hidayat, SKM, M.Kes.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

12.

Tim Jurusan Gizi

(Perwakilan)

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Daftar ini menunjukkan bahwa kolaborasi ini melibatkan pejabat dan peneliti kunci dari kedua institusi, menegaskan bobot dan keseriusan kemitraan yang sedang dibahas.

 

 

Sambutan dan Visi BRIN: Mendorong Riset Berdampak dan Hilirisasi

Kunjungan diawali dengan sambutan dari Kepala Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Dr. Wahyu Pudji Nugraheni, SKM., M.Kes. Beliau memperkenalkan tim BRIN yang hadir, yang terdiri dari tujuh tim peneliti BRIN dan satu perwakilan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai mitra penelitian. Dalam paparannya, Dr. Wahyu menjelaskan bahwa BRIN memiliki beragam organisasi riset, salah satunya adalah Organisasi Riset Kesehatan. Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi sendiri membawahi tujuh kelompok riset spesifik, meliputi Gizi; Pelayanan dan Manajemen Kesehatan; Penyakit Vektor dan Zoonosis; Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa; Penyakit Menular dan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat; Kesehatan Keluarga dan Reproduksi; serta Kesehatan Lingkungan.

 

Tujuan utama kunjungan ini, sebagaimana disampaikan oleh BRIN, adalah untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman yang sudah ada dan menginisiasi kerja sama yang lebih konkret. Fokus utama penjajakan kerja sama ini adalah topik "Optimalisasi Akses Layanan Kesehatan di Daerah Tertinggal di Indonesia," sebuah isu krusial yang membutuhkan solusi berbasis riset.

 

BRIN secara tegas menekankan pentingnya "hilirisasi" luaran riset. Dijelaskan bahwa salah satu perbedaan mendasar antara Litbang di Kementerian Kesehatan dan BRIN terletak pada fokus BRIN terhadap produk riset yang dapat dihilirisasi, yaitu hasil yang dapat diterapkan, diproduksi, atau dikomersialkan. Ini mencakup produk hak cipta (buku), publikasi nasional dan internasional, serta paten.1 Penekanan pada hilirisasi ini bukan sekadar perbedaan administratif, melainkan sebuah indikasi pergeseran strategis dalam agenda riset nasional. Ini menunjukkan bahwa BRIN mencari mitra yang tidak hanya menghasilkan publikasi ilmiah, tetapi juga mampu menerjemahkan hasil riset menjadi solusi konkret yang dapat diterapkan di masyarakat atau memiliki nilai ekonomi.

 

Harapan dari kunjungan ini adalah terwujudnya tindak lanjut kerja sama yang menghasilkan dampak nyata di lapangan. Pak Sugiyanto, perwakilan dari Kementerian Kesehatan, turut menyampaikan harapan Menteri Kesehatan agar Poltekkes dapat berperan aktif dalam "riset implementasi" yang riil. Sebagai contoh, beliau menyebutkan studi mengenai distribusi dan pemanfaatan alat antropometri, serta mendorong dilakukannya penelitian lintas jurusan untuk pendekatan yang lebih komprehensif.1 Bagi Poltekkes, kemitraan dengan BRIN ini akan berfokus pada riset terapan yang memiliki potensi besar untuk diimplementasikan, membuka peluang untuk memperkuat peran Poltekkes dalam menyediakan solusi kesehatan yang inovatif dan relevan, sejalan dengan kebutuhan nasional, serta meningkatkan visibilitas dan dampak institusi di tingkat yang lebih luas.

 

Kapasitas dan Kontribusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta: Mitra Ideal untuk Riset Implementasi

Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Dr. Iswanto, S.Pd, M.Kes, menyampaikan sambutan hangat dan kebahagiaan atas kehadiran BRIN. Beliau memaparkan tiga tugas utama Poltekkes: melaksanakan pendidikan berkualitas, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, dengan tujuan utama memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Poltekkes juga berperan sebagai perpanjangan tangan dari Kementerian Kesehatan, termasuk dalam kontribusi penelitian kebijakan.1

 

Direktur menyoroti berbagai prestasi Poltekkes yang menegaskan kapasitas institusi sebagai mitra riset yang kuat. Dalam hal riset terapan, Poltekkes telah berhasil "menghilirisasi" hasil penelitiannya, dengan dua produk penelitian yang bahkan sudah masuk e-katalog, menunjukkan kesiapan untuk implementasi skala luas.1 Ini secara konkret menjawab kebutuhan BRIN dan harapan Menteri Kesehatan akan "riset implementasi," menunjukkan Poltekkes bukan hanya calon mitra, tetapi mitra yang terbukti memiliki kemampuan untuk menerjemahkan riset menjadi solusi nyata. Keberhasilan Poltekkes dalam menghilirisasi produk riset dan memasukkannya ke e-katalog adalah bukti nyata bahwa institusi ini memiliki kapasitas dan pengalaman relevan untuk memenuhi ekspektasi BRIN dalam menghasilkan riset yang berdampak dan dapat diterapkan, memposisikan Poltekkes sebagai institusi yang berorientasi pada solusi.

 

Di bidang pengabdian masyarakat, Poltekkes memiliki 12 desa binaan yang telah berkelanjutan (sustain) dan menjadi rujukan bagi kampus lain terkait pemberdayaan masyarakat dan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, beberapa di antaranya bahkan sudah mencapai level internasional.1 Keunggulan akademik juga sangat menonjol, dengan 17 Program Studi yang memiliki akreditasi unggul, didukung oleh 142 dosen yang tersebar dalam 6 jurusan dan 8 rumpun ilmu, menunjukkan kedalaman dan keluasan kepakaran.1

 

Pengakuan internasional Poltekkes juga terlihat dari jumlah mahasiswa asing terbanyak, sekitar 29 mahasiswa, dan lulusan yang berhasil bekerja di luar negeri, mencerminkan kualitas pendidikan dan relevansi global.1 Kombinasi "17 Prodi dengan akreditasi unggul," "142 dosen dalam 6 jurusan, 8 rumpun ilmu," dan "mahasiswa asing terbanyak" menunjukkan fondasi akademik yang kokoh dan keahlian multidisiplin yang luas. Ini sangat penting untuk mendukung riset interdisipliner yang kompleks, seperti "Optimalisasi Akses Layanan Kesehatan di Daerah Tertinggal," yang membutuhkan pendekatan holistik dari berbagai perspektif ilmu kesehatan. Keberagaman program studi dan keahlian dosen di Poltekkes memungkinkan pendekatan riset yang komprehensif dan interdisipliner, yang sangat dibutuhkan untuk topik riset BRIN, memposisikan Poltekkes sebagai pusat keunggulan yang mampu menyumbangkan berbagai perspektif dan metodologi dalam kolaborasi riset. Direktur menegaskan harapan besar agar kerja sama penelitian dengan BRIN dapat segera ditindaklanjuti.1

 

 

Mekanisme dan Potensi Kolaborasi Riset Mendalam

Sesi diskusi menjadi inti kunjungan, di mana kedua pihak membahas secara rinci mekanisme, timeline, dan persyaratan untuk kerja sama penelitian. BRIN memaparkan tiga skema pendanaan utama yang dapat dimanfaatkan oleh dosen dan peneliti Poltekkes:

·       RIIM (Riset Inovasi Indonesia Maju): Skema ini dirancang untuk peneliti dengan kualifikasi         minimal S3, dengan pendanaan bersumber dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).     Terdapat tiga periode pengajuan setiap tahun, yaitu Februari, Juni, dan Oktober.

·     Rumah Program: Ditujukan untuk peneliti dengan kualifikasi minimal S2, dengan BRIN sebagai  Person in Charge (PIC) program. Dana yang tersedia untuk skema ini lebih kecil dibandingkan  RIIM, dan pengembangan proposal dilakukan secara bersama. Pengajuan dilakukan satu kali setiap tahun pada bulan Oktober.1

·  Program Barista: Ini adalah skema pendanaan khusus yang disediakan untuk mendukung penelitian tugas akhir mahasiswa D4, mendorong keterlibatan mahasiswa dalam riset sejak dini.

 

Adanya tiga skema pendanaan yang berbeda ini menunjukkan strategi BRIN untuk membangun kapasitas riset secara komprehensif di Poltekkes, mulai dari level peneliti senior (S3) hingga mahasiswa tingkat akhir (D4). Ini bukan hanya tentang mendanai proyek, tetapi juga tentang investasi jangka panjang dalam pengembangan sumber daya manusia dan ekosistem riset, menciptakan aliran talenta dan ide yang berkelanjutan.

 

Berikut adalah rangkuman mekanisme dan skema kerja sama penelitian yang didiskusikan:

Tabel 1: Mekanisme dan Skema Kerja Sama Penelitian BRIN-Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Skema

Timeline Pengajuan

Syarat Peneliti

Sumber Dana/PIC

Keterangan/Fokus

RIIM (Riset Inovasi Indonesia Maju)

Februari, Juni, Oktober (3 periode)

Minimal S3

LPDP

Riset tingkat tinggi

Rumah Program

Oktober setiap tahun (1 kali)

Minimal S2

BRIN

Dana lebih kecil, pengembangan proposal bersama

Program Barista

(Tidak spesifik)

Mahasiswa D4

(Tidak spesifik)

Pendanaan tugas akhir

Tema besar penelitian yang diusulkan untuk kolaborasi mencakup Vaksin dan Obat, Kedokteran Klinis Presisi, serta Pengembangan Alat Kesehatan. Namun, disebutkan bahwa tema-tema ini mungkin akan berubah pada tahun 2025 karena efisiensi.

 

Selama diskusi, beberapa usulan konkret untuk tindak lanjut kolaborasi muncul. Dari pihak BRIN, Pak Agung mengusulkan penyusunan lima proposal penelitian kolaboratif yang berfokus pada pengolahan data sekunder, dengan alokasi dana sekitar 5 juta rupiah per proposal.1 Usulan ini menunjukkan pendekatan pragmatis untuk segera memulai kolaborasi, meminimalkan hambatan awal seperti kebutuhan dana besar untuk data primer, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada, sehingga mempercepat momentum kemitraan.

 

Selanjutnya, Pak Agus mengemukakan ide untuk memetakan kepakaran peneliti BRIN dan dosen Poltekkes, guna mengidentifikasi area-area penelitian yang paling sinergis dan potensial untuk kolaborasi.1 Pemetaan kepakaran ini merupakan langkah fundamental untuk memastikan sinergi yang optimal dan menghindari duplikasi upaya, membangun fondasi yang kuat untuk proyek-proyek yang lebih besar. Pendekatan yang sangat praktis dan berorientasi pada hasil ini memungkinkan kedua belah pihak untuk segera berinteraksi dan menghasilkan keluaran awal, membangun kepercayaan dan momentum untuk proyek-proyek yang lebih ambisius di masa depan. Dari Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Prof. Dr. Tri Siswati, SKM, M.Kes, juga menyampaikan presentasi mengenai hasil-hasil penelitian dan kajian di bidang gizi serta peluang kerja sama yang relevan dengan fokus BRIN.1

 

Harapan dan Komitmen Bersama: Menuju Inovasi Kesehatan Berkelanjutan

Kunjungan kerja BRIN ke Poltekkes Kemenkes Yogyakarta ditutup dengan penegasan komitmen kuat dari kedua belah pihak untuk menindaklanjuti secara konkret kerja sama yang telah dijajaki. Sinergi antara kepakaran riset BRIN yang berfokus pada hilirisasi dan kapasitas implementasi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang terbukti di lapangan akan menciptakan dampak positif yang signifikan. Konvergensi fokus BRIN pada "hilirisasi" dan "Optimalisasi Akses Layanan Kesehatan di Daerah Tertinggal" dengan rekam jejak Poltekkes dalam "riset implementasi," "produk e-katalog," dan "desa binaan berkelanjutan" menciptakan kecocokan strategis yang ideal. BRIN membawa mandat nasional, kerangka pendanaan, dan keahlian riset mendalam, sementara Poltekkes membawa kapasitas implementasi lapangan, pengalaman dalam menerjemahkan riset menjadi praktik, dan jaringan komunitas yang kuat.

 

Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya mendorong pengembangan inovasi kesehatan, tetapi juga secara langsung meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia, khususnya di daerah tertinggal yang menjadi fokus BRIN. Optimisme disampaikan terhadap masa depan kolaborasi ini, yang diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang lebih terapan, paten, publikasi internasional, serta kontribusi nyata dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat.1 Acara ditutup dengan sesi foto bersama, yang melambangkan dimulainya era baru kolaborasi strategis ini, memperkuat komitmen dan visi bersama untuk masa depan riset kesehatan di Indonesia.1 Kemitraan ini bukan hanya tentang pertukaran akademik, tetapi tentang penyelesaian masalah kesehatan yang nyata di lapangan, yang meningkatkan kemungkinan keberhasilan proyek-proyek kolaboratif dalam menghasilkan dampak sosial yang signifikan, terutama bagi populasi yang rentan.

 

Kontributor : Pj Kerjasama / Pj Promosi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta